SDGs #8 Pembangunan Ekonomi

Pelatihan Pengembangan UMKM di Kampung Emas Seyegan Fokus pada Perhitungan HPP dan Pemasaran Digital

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PkM) dilaksanakan di Pendopo Prawiro Diharjo, Kampung Emas, Seyegan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (7/10) lalu. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang didanai oleh UNY ini diketuai oleh Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNY yaitu Prof. Siswanto, M.Pd., dengan anggota Dr. Sutirman, M.Pd., Dr. Mustofa, M.Sc., Ani Widayati, M.Pd., Ed.D, Arum Darmawati, M.M., Eka Ary Wibawa, M.Pd., Nenden Susilowati, M.Pd. dan Yuliansah, M.Pd. Acara ini dihadiri oleh 24 peserta yang merupakan pengelola UMKM di Kampung Emas Seyegan, serta Nur Laily Tri Wulansari, M.I.Kom. sebagai pengelola usaha di kawasan tersebut. Kegiatan dibuka oleh Ani Widayati dari tim pengabdi, yang diikuti oleh sambutan dari Nur Laily. Acara utama berupa pelatihan tentang perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP) dan pemasaran digital kemudian dilaksanakan.

Pada sesi pertama, Mustofa memaparkan pentingnya perhitungan HPP sebagai langkah awal dalam menjalankan usaha. Peserta dilatih untuk menghitung modal, HPP, dan menentukan harga jual yang menguntungkan menggunakan smartphone mereka. Materi dilanjutkan dengan sesi kedua yang disampaikan oleh Eka Ary Wibawa mengenai pemasaran digital melalui platform Shopee dan Google Profile Business. Peserta diajarkan cara membuat toko di Shopee serta pentingnya profil bisnis di Google untuk meningkatkan visibilitas usaha. Meskipun peserta menghadapi kendala dalam pengunggahan foto produk, mereka berhasil membuat profil bisnis dengan lancar, dan diharapkan untuk melengkapi profil mereka segera.

Kegiatan pengabdian ini diakhiri dengan evaluasi kepuasan peserta melalui angket yang menunjukkan hasil sangat positif. Hampir seluruh aspek, mulai dari materi pelatihan, narasumber, hingga fasilitas yang disediakan, dinilai sangat baik oleh para peserta. Hal ini menandakan bahwa pelatihan telah berhasil memenuhi harapan peserta dan memberikan manfaat nyata dalam meningkatkan pengetahuan serta keterampilan mereka, terutama dalam perhitungan HPP dan pemasaran digital. Tim pengabdi berharap pelatihan ini dapat berkontribusi terhadap perkembangan UMKM di Kampung Emas Seyegan, sehingga mampu bersaing dan tumbuh di era digital. (yul)



 

ICEBESS & ACoMC 2024: Antisipasi Perkembangan Teknologi demi Keberlanjutan Pendidikan dan Bisnis

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Yogyakarta (FEB UNY) menyelenggarakan International Conference of Ethics on Business, Economics, and Social Science (ICEBESS) 2024 yang berlangsung bersamaan dengan Annual Conference of Management Challenges (ACoMC) 2024. Konferensi ini mengangkat tema “The Challenge of New Technology on Education and Business Sustainability”, membahas tantangan yang dihadapi oleh dunia pendidikan dan bisnis dalam menghadapi perkembangan teknologi terbaru. Acara ini diselenggarakan secara blended, dengan peserta mengikuti melalui Zoom Meeting secara daring, serta secara luring di FEB UNY.

Acara ini dibuka dengan sambutan dari Prof. Soni Nopembri, M.Pd., Ph.D., Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UNY. Dalam sambutannya, Prof. Soni menekankan pentingnya peran teknologi dalam mendukung keberlanjutan di bidang pendidikan dan bisnis. Seminar ini terselenggara berkat kolaborasi antara FEB UNY dengan Magister Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP). 

Sesi Plenary yang dipandu moderator acara, Dr. Ratna Candra Sari, M.Si., CA, Ak., memandu jalannya diskusi dan presentasi, menghadirkan empat pembicara utama dengan latar belakang akademik internasional yang beragam. Prof. Setyabudi Indartono, Ph.D., Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah V Yogyakarta, membuka sesi dengan presentasi tentang peran teknologi dalam keberlanjutan lembaga pendidikan di Indonesia. Selanjutnya, Anura De Zoysa, Ph.D. dari University of Wollongong, Australia, membahas peran teknologi dalam keberlanjutan bidang akuntansi. Cha-Hsuan Liu, Ph.D. dari Wittenborg University of Applied Science, Belanda, menyoroti pentingnya teknologi dalam keberlanjutan pendidikan, sedangkan Dr. Basant Prasad Adhikari dari Oxford College of Engineering and Management, Nepal, menguraikan tentang peran teknologi dalam keberlanjutan bisnis.

Selain sesi Plenary, konferensi ini juga menyelenggarakan sesi paralel yang membagi 35 pemakalah ke dalam lima kelompok topik, yaitu Sistem Informasi, Pendidikan, Keuangan, Sosial dan Ekonomi, serta Ekonomi dan Manajemen. Lebih dari 500 peserta, yang terdiri dari dosen, mahasiswa, dan akademisi lainnya, turut serta dalam acara ini. Sebagaimana disampaikan Ketua Panitia, Mahendra Adhi Nugroho, M.Sc., Ph.D., konferensi ini menjadi wadah yang bermanfaat bagi para akademisi dan praktisi untuk bertukar ide dan wawasan mengenai teknologi dan keberlanjutan di bidang pendidikan dan bisnis. (fdhl)

Lilia Raih Penghargaan Best Presenter di 4th ICBAE 2024

Lilia Pasca Riani, dosen Departemen Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Yogyakarta (FEB UNY), berhasil meraih penghargaan sebagai Best Presenter pada acara bergengsi 4th International Conference of Business, Accounting, and Economics (ICBAE) 2024. Konferensi internasional ini diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Purwokerto dengan tema besar "Finance Digitalization and Sustainable Business: Shaping the Future of the Economy."

Dalam konferensi yang dihadiri oleh akademisi, peneliti, dan praktisi dari berbagai negara, Lilia Pasca Riani mempresentasikan penelitian berjudul "Economic Proficiency: The Next Level of Literacy in Digital Era." Penelitian ini menyoroti pentingnya penguasaan literasi ekonomi di era digital sebagai fondasi bagi masyarakat untuk beradaptasi dan berinovasi dalam menghadapi tantangan ekonomi global yang semakin kompleks.

Pemilihan Lilia Pasca Riani sebagai Best Presenter tidak hanya mengukuhkan kualitas penelitian yang ia lakukan, tetapi juga menunjukkan kontribusi signifikan dari FEB UNY dalam diskusi ilmiah internasional, khususnya di bidang pendidikan ekonomi. Penghargaan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi para akademisi dan mahasiswa di seluruh Indonesia untuk terus mengembangkan penelitian yang relevan dan berdampak.

Konferensi ICBAE 2024 ini berhasil mempertemukan berbagai perspektif dan gagasan inovatif dalam upaya membentuk masa depan ekonomi yang berkelanjutan di tengah transformasi digital yang pesat. (lpr)

Tim PPK Ormawa BEM Luncurkan Website Desa Karangturi Klaten

Pada Kamis (01/08/2024), Tim Program Penguatan Kapasitas Ormawa (PPK Ormawa) Badan Eksekutif Mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mengadakan kegiatan “Launching Website Program Aksara Data” di Karangturi, Gantiwarno, Klaten. Acara ini dihadiri oleh perwakilan UMKM, Anisa selaku Tenaga Harian Lepas Desa Karangturi, perwakilan perangkat Kalurahan Karangturi, Tim PPK Ormawa, dan Tim Garda Muda Indonesia.

Kegiatan ini dipandu oleh Erwin Alam Syah Putra selaku salah satu Penanggungjawab dari Aksara Data untuk menjelaskan urgensi pengembangan website desa yang menyorot pada bagian UMKM desa sebagai upaya untuk memperkenalkan produk UMKM yang ada di Karangturi sehingga mampu menciptakan UMKM yang berkelanjutan. Website Desa Karangturi ini dibentuk oleh mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta melalui Program Pengembangan Kapasitas Ormawa.

Perancangan website ini bertujuan untuk mempermudah masyarakat memperoleh informasi desa setempat. Di dalam website memuat informasi tentang visi misi, jumlah penduduk, produk UMKM, sejarah desa, perangkat desa, profil desa, dan berita terbaru dari Desa Karangturi. Serah Terima Website ini dilakukan oleh Erwin Alam Syah Putra dengan Ibu Muhrin Nisa. Website dapat diakses melalui https://desakarangturi.id. Dengan adanya website desa ini diharapkan dapat membantu masyarakat desa setempat dan sekitarnya, serta perangkat desa dalam hal terkumpulnya informasi desa di dalam website. (tim)

PPKO BEM KM FEB UNY Dampingi Pembuatan NIB UMKM di Klaten

Tim Program Penguatan Kapasitas Ormawa (PPK Ormawa) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) melaksanakan Pendampingan Legalitas Usaha untuk UMKM di Karangturi, Gantiwarno, Klaten.

Pendampingan Legalitas Usaha merupakan salah satu rangkaian program Aksara Legal yang bertujuan agar UMKM di Desa Karangturi, Gantiwarno, Klaten dapat beroperasi secara resmi atau legal, sehingga dapat menunjang UMKM dalam memperluas jangkauan pasarnya. Pendampingan legalitas usaha dilakukan oleh tim PPKO BEM KM FEB UNY yang dilaksanakan dalam tiga tahap.

Pendampingan legalitas usaha tahap pertama dilaksanakan pada hari Jumat 28 Juni 2024. Pada tahap tersebut, dilakukan pendampingan pembuatan Nomor Induk Berusaha secara door to door untuk 6 UMKM yaitu Peternakan Domba Bapak Suwoto, Rengginang Bu Sutirah, Minyak Goreng Kelapa SenSan, Siomay Ikan Pak Sutarjo, Tempe Casminto, dan Tempe Kedelai Bu Giyah.

Selanjutnya, pendampingan legalitas usaha tahap kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 13 Juli 2024. Pada pendampingan tahap kedua, dilaksanakan pembuatan Nomor Induk Berusaha secara daring bagi 6 UMKM yaitu Pupuk Organik, Bengkel Las, Kerupuk Karak, Kue Kering Nastar, Meubel, dan Trijaya Mandiri. Selain itu juga dilakukan penyerahan arsip Nomor Induk Berusaha (NIB) untuk pelaku UMKM yang mengikuti pendampingan tahap pertama.

Pendampingan legalitas usaha tahap ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 Juli 2024. Pada pendampingan tahap ketiga, dilakukan penyerahan NIB untuk 6 pelaku UMKM yang mengikuti pendampingan pada tahap kedua.

Pendampingan legalitas usaha ini, diharapkan dapat membantu UMKM agar beroperasi secara legal serta dapat memperluas jangkauan pasarnya sehingga usaha yang dijalankan dapat berkembang dan dikenal lebih luas oleh masyarakat. (Tim)

Kongres FMEI I: BEM FEB UNY Kawal Isu Green Economy

Pada Rabu sampai Sabtu (15-18/5) lalu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNY mengirimkan tujuh delegasi mahasiswa untuk ikut serta dalam Kongres I Forum Mahasiswa Ekonomi Indonesia (FMEI) yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) selaku tuan rumah Musyawarah Besar dan Rencana Tindak Lanjut.

FMEI merupakan wadah diskusi serta musyawarah bagi mahasiswa ekonomi seluruh Indonesia yang berperan aktif dalam mengantar isu ekonomi Indonesia. Selain berperan aktif, forum ini juga solutif, di mana mahasiswa akan mengkritisi serta memberikan masukan berbasis ekonomi yang nantinya akan disajikan dalam bentuk kebijakan dan akan disampaikan langsung kepada stakeholder pemerintah yang bersangkutan. Pada Kongres pertama tahun 2024 ini, FMEI mengangkat tema besar “Green Economy” yang diselenggarakan selama 4 hari dimulai dari tanggal 15 hingga 18 Mei 2024 dan dihadiri oleh 17 universitas yang ada di Indonesia.

Ketua FMEI 2023 – 2024, Hafidzun Shadiq, menjelaskan bahwa FMEI merupakan wadah bagi mahasiswa untuk menuangkan idealisme, wawasan, dan teori yang sebelumnya didapatkan di kampus. Selain itu, ia juga menekankan bahwa hadirnya FMEI ini selaras dengan tujuan untuk mengawal dan meningkatkan kemajuan ekonomi bangsa Indonesia. “Kami (Universitas Airlangga) menekankan pentingnya aspek Green Economy dalam FMEI ini. Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan topik Green Economy karena sangat relevan bagi perekonomian saat ini,” jelas Shadiq

Selain dengan Shadiq, Aji Fajar Ramdani, Ketua BEM KM FEB UNY juga berpendapat Green Economy ini sangat penting untuk meningkatkan awareness seluruh pihak terutama pemerintah sebagai pemangku kebijakan yang mempunyai power lebih kuat untuk dapat membuat terobosan ekonomi yang tidak hanya mengedepankan kegiatan ekonomi saja melainkan juga memperhatikan isu sosial dan lingkungan yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi tersebut.”

Forum ini diawali dengan kegiatan talkshow yang dibuka dengan opening remarks oleh Menteri Pariwisata & Ekonomi Kreatif Republik Indonesia yaitu Sandiaga Uno. Kemudian dilanjutkan dengan tiga rangkaian inti di antaranya musyawarah besar pertama, forum kecil, musyawarah besar akhir dan rencana tindak lanjut. Musyawarah besar pertama dilaksanakan dalam bentuk persidangan yang dipimpin langsung oleh Presidium Nasional Ketua FMEI yaitu Hafizhun Shadiq Mahasiswa Akuntansi Universitas Airlangga. Lalu pada hari kedua dilanjutkan dengan kegiatan forum kecil lanjutan yang terbagi menjadi 3 forum di antaranya forum ketua, forum eksternal, dan forum kastrat.

Puncak dari rangkaian kegiatan forum ini berada pada rencana tindak lanjut, di mana mahasiswa menyampaikan output diskusinya kepada stakeholder pemerintah berupa usulan kebijakan. Kongres pertama ini dihadiri langsung oleh Parjiono, Ph.D. staff ahli Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Internasional Kemenkeu. Tidak hanya sebatas disampaikan, output diskusi tersebut juga diserahkan dalam bentuk hardfile dan diterima langsung oleh Parjiono sendiri untuk ditindaklanjuti. (bem)

BUMDes May Accelerate Village's Economic Growth

The village is one of the smallest government units that has direct contact with the community. Therefore, the role of villages in helping to realize community prosperity and welfare is very significant. Through the Ministry of Villages, Development of Disadvantaged Regions, and Transmigration (Kemendes), village governments can play a role in improving the welfare of their citizens. Currently, Village-Owned Enterprises (BUMDes) have been established in many regions in Indonesia, but they are still not optimal. Harlina Sulistyorini, Director General of Economic Development and Investment in Villages, Disadvantaged Regions, and Transmigration delivered her speech in a practitioner lecture at the Faculty of Economics and Business UNY, on Wednesday (1/11).

The Dean of FEB Prof. Dr. Siswanto in his welcome speech said that FEB UNY has its focus on developing UKM (Small and Medium Enterprises). "The core of FEB UNY is the development of MSMEs and of course, most of them are in villages. There are not as many national and international companies as there are MSMEs. "The topic of SME development is also one of the focuses at the AFEBI meeting at FEB UNY this year," he explained.

The Vice Chancellor for Academic and Student Affairs of UNY, Prof. Dr. Siswantoyo, M. Kes., AIFO. officially opened the event. “UNY and the Ministry of Village are like brothers because the minister is also a UNY graduate. Many village people have gone to the city, but in the city, there are already many great people. Why don't we build villages? UNY has the “Kampung Emas” (Golden Village) or “UNY Bangun Desa" (UNY Build Villages) program which this year is taking place in Seyegan. "We help develop village income generation," he explained.Sambutan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan

Harlina invited students to identify potentials in their villages that could be developed and become a source of welfare for their residents. Dwi, one of the students from Wonogiri said that the business in his village that has been handed down for generations is traditional herbal medicine, but now its glory is disappearing even before they were born. Innovation is certainly needed to revive and rebuild the reputation of traditional herbal medicine. Speech by the Vice Chancellor for Academic and Student Affairs

“There must be product empowerment through BUMDes. If necessary, villages should not only create their BUMDes but also establish BUMDes between villages," explained Harlina.

Harlina emphasized that BUMDes can engage in various types of businesses, including natural resource management, cultural management and preservation, processing and increasing added value based on local resources, microfinance services, internet management, acting as an intermediary for goods, services, and agencies, and more. However, it is important for BUMDes not to compete with community businesses, especially those at the individual and household scale, in order to avoid harming them. "BUMDes must be able to trigger the growth of community economic businesses," continued Harlina. (fdhl)

BSI Institute Explore The Possibility of Research Cooperation with FEB UNY

As one of the state-owned banks, Bank Syariah Indonesia (BSI) continues to grow and develop, especially in Islamic banking. Therefore, BSI has its institution called ‘BSI Institute’ which functions as a think tank and handles various research, analysis, and banking product development. BSI Institute regularly issued a quarterly report called ‘BSI Institute Quarterly’,as stated by the Head of BSI Institute, Dr. Luqyan Tamanni when visiting FEB UNY with a number of representatives of BSI Institute and BSI Yogyakarta. The representatives of BSI were welcomed by representatives of the International Affairs and Partnership Unit (UUIK) FEB UNY, Mimin Nur Aistah, M.Sc., Ak. and Eka Ary Wibawa, M.Pd.Luqyan Tamanni dan Mimin Nur Aisyah

Luqyan continued, BSI Institute is interested in expanding cooperation with universities in Indonesia. “BSI Institute wants to contribute to the development of Islamic economic literacy as well as developing its Islamic banking products. This is done through a number of steps, sharing information/data, joint research, and literacy agenda which includes joint research publications or organizing joint seminars/conferences,” Luqyan explained.

Mimin stated that even though FEB UNY does not have an Islamic/sharia economics study program, FEB UNY already has an Islamic banking laboratory called Islamic Mini Bank (IMB). “IMB has been established since 2013 and is run by students and already has customers from students, lecturers, and education staff at UNY and already has a number of banking products,” she explained. 

Meanwhile, Eka welcomed the visit from BSI Institute. “There are several of our lecturers who have interests and fields of knowledge in Islamic Economics, halal industry, and others. Cooperation with institutions such as BSI Institute certainly provides new opportunities in the development of Islamic Economic research and literacy,” he said. (tian-ella-fdhl)

 

ABBS Surakarta High School Learns Investment at FEB UNY

To introduce students to the world of lectures and the best campuses in Indonesia, SMA ABBS (Al Abidin Bilingual Boarding School) Surakarta invited its students to visit the Faculty of Economics and Business some time ago. At FEB UNY, the group had a lecture on stock training material delivered by the representative office of the Indonesia Stock Exchange (KE BEI) Yogyakarta and from FAC Sekuritas Indonesia Yogyakarta in collaboration with the Capital Market Study Group (KSPM) FEB UNY.Hery Gunawan Muhamad

In his presentation, Arief Ryan Maulana, who became the Capital Market Ambassador of KP BEI Yogyakarta, encouraged students to learn more about investment. “Savings may not retain their value and could decrease due to inflation. Investments have the potential as future inheritance, stock prices are continuously monitored and regulated by the government through the Financial Services Authority (OJK),” he explained.

Arief continued, to become a shareholder of a company is not difficult. "Simply by buying 1 lot or 100 shares, we are considered shareholders and can get dividends from the company," he added.

FAC Sekuritas Indonesia Yogyakarta branch manager, Hery Gunawan Muhamad, invited students not to hesitate to start investing in stocks since school. "According to data in 2020, the majority of the population is Generation Z at 27.94%. There is no need to wait to graduate from school to start learning investment. Furthermore, there is a sense of pride if we can become the owner of a company's shares, not just an employee or staff. Especially if asked by prospective in-laws," he joked. (tian-fdhl)

 

BUMDes Bisa Picu Pertumbuhan Ekonomi Pedesaan

Desa menjadi salah satu unit terkecil pemerintahan yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Oleh karena itu, peran desa dalam membantu mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat sangatlah besar. Melalui Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes), pemerintah desa dapat berperan meningkatkan kesejahteraan warganya. Dewasa ini Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sudah banyak terbentuk di penjuru daerah di Indonesia namun masih belum optimal. Demikian disampaikan Harlina Sulistyorini, Dirjen Pengembangan Ekonomi dan Investasi Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi dalam kuliah praktisi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNY, Rabu (1/11).

Mengawali acara, Dekan FEB Prof. Dr. Siswanto dalam sambutannya menuturkan bahwa FEB UNY memiliki fokus tersendiri pada pengembangan UKM (Usaha Kecil dan Menengah). “Core FEB UNY adalah pengembangan UMKM dan tentu sebagian besar ada di desa. Perusahaan nasional dan internasional jumlahnya tidak sebanyak UMKM. Topik pengembangan UKM juga menjadi salah satu fokus pada pertemuan AFEBI di FEB UNY tahun ini,” terangnya.

Acara dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof. Dr. Siswantoyo, M.Kes., AIFO. “UNY dan Kemendes seperti kakak-adik karena menterinya juga lulusan UNY. Banyak orang desa yang pergi ke kota, tetapi di kota sudah banyak orang hebat. Mengapa kita tidak membangun desa? UNY memiliki program “Kampus Emas” atau “UNY Bangun Desa” yang pada tahun ini ada di Seyegan. Kami membantu mengembangkan income generating desa,” urainya.

Harlina mengajak mahasiswa mengidentifikasi potensi-potensi di desanya yang bisa dikembangkan dan menjadi sumber kesejahteraan warganya. Dwi, salah satu mahasiswa yang berasal dari Wonogiri menyampaikan bahwa usaha di desanya yang sudah turun temurun adalah jamu tradisional, tetapi kini kejayaannya makin menghilang bahkan sebelum mereka lahir. Inovasi tentu diperlukan untuk menghidupkan dan membangun kembali reputasi jamu tradisional.Sambutan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan

“Harus ada pemberdayaan produk melalui BUMDes. Bahkan bila perlu, desa tidak hanya membuat BUMDes sendiri tetapi juga mendirikan BUMDes antar desa,” terang Harlina.

Harlina melanjutkan, ada berbagai jenis usaha yang bisa dikerjakan BUMDes. “Mulai dari pengelolaan sumber daya alam, pengelolaan dan pelestarian budaya, pengolahan/peningkatan nilai tambah berbasis sumber daya lokal, layanan jasa keuangan mikro, pengelolaan internet, keperantaraan barang, jasa, dan keagenan, dan lainnya. Tapi BUMDes tidak boleh bersaing dengan usaha-usaha masyarakat, khususnya usaha skala individu dan rumah tangga sehingga bisa mematikan usaha masyarakat. Justru, BUMDes harus dapat memicu pertumbuhan usaha ekonomi masyarakat,” lanjut Harlina. (fdhl)

Pages